Mengenal Kehebatan Prajurit Terkuat di Dunia, DENJAKA TNI AL
Mengenal Prajurit Terkuat di Dunia, DENJAKA TNI AL - Detasemen Jala Mangkara
(DENJAKA) adalah sebuah detasemen Pasukan khusus TNI yang menempatai
Hirarki Tertinggi dalam jajaran Korps Marinir & TNI-AL. Dalam
seleksi pasukan Elite DENJAKA, mereka diborgol atau diikat tangan
dan kakinya, lalu diceburkan ke laut Banyuwangi dan mereka harus
melepaskan diri untuk terus menyeberang ke Pulau Madura.
Banyak dari para Marinir dan Petinggi TNI mengatakan bahwa :
1 Personil DENJAK = 5 Personil TAIFIB atau dengan kata lain 1 Personil DENJAKA = 15 KOPASSUS / 120 Prajurit TNI Biasa.
DENJAKA (Baret Ungu) merupakan satuan gabungan antara Personil Kopaska & TAIFIB Korps Marinir TNI AL. DENJAKA menjadi satuan Antiteror Aspek Laut, yang memiliki kemampuan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror, antisabotase dan Klandesten Aspek Laut.
Mengenal Prajurit Terkuat di Dunia, DENJAKA TNI AL
Segala aktifitas DENJAKA bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Sebagai unsur Pelaksana, Prajurit DENJAKA dituntut memiliki kesiapan Operasional, Mobilitas, Kecepatan, Kerasahasian, Pelolosan diri, Pengendapan, ketahanan interogasi dan pendadakan yang tertinggi. Medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai.
DENJAKA mampu bertempur di darat, laut, udara dan dibawah permukaan air. Mereka juga memiliki Skill yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (Setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. DENJAKA juga biasa dilibatkan untuk pengamanan Presiden (Paspampres).
Selain fisik Prima, calon DENJAKA juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.
DENJAKA memiliki Pendidikan dan pelatihan luar biasa ekstrim dan diluar batas kemampuan manusia. Kenapa dalam seleksi DENJAKA, tangan dan kaki harus diborgol (diikat) dan diceburkan Kelaut? Karena bila sewaktu-waktu mereka ditangkap oleh pihak musuh dan mereka dibuang kelaut dalam keadaan tangan dan kakinya terikat, mereka akan mampu menyelamatkan diri.
Bukan hanya itu saja, mereka juga dituntut bertahan hidup dihutan tanpa perbekalan sedikitpun. Air, makanan, tidak diperkenankan dibawa. Mereka juga harus mencarinya sendiri di hutan dan bertahan. tak jarang mereka hanya makan binatang buas, seperti ular, monyet, dll. Dan mereka tidur ditengah hutan rimba tersebut selama berhari-hari. Juga latihan udara yang sangat khusus dari Prajurit lainnya.
Maka tak heran jika banyak yang mengundurkan diri diawal pendidikan dan hanya sedikit Prajurit yang berhasil diterima.
Detasemen Jala Mangkara (disingkat Denjaka) adalah sebuah Detasemen Pasukan Khusus TNI-AL yang menempati Hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan TNI-AL. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Taifib Korps Marinir dan Kopaska TNI-AL
Denjaka terdiri dari :
1. Satuan markas Detasemen2. Satuan tim markas3. Satuan tim teknik4. Tiga tim tempur.
Segala aktifitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan, dan pendadakan yang tertinggi. medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapih dalam menyelesaikan suatu misi khusus.
Tak heran manuver dan gerakan personel Denjaka dalam operasi klandestein membuat musuh kewalahan. Denjaka mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki skill yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Denjaka juga biasa di libatkan untuk pengamanan Presiden (Paspampres).
Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 an orang yang diterima. Mereka akan dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Tahun-tahun sebelumnya, sering hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula. Setelah masuk tahap seleksi ke II, Tidak semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos. beberapa di antara mereka dimungkinkan akan dikembalikan ke kesatuannya karena tidak mampu mengikuti.Selain fisik prima, calon Denjaka juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok. Tidak hanya jago tempur, prajurit Denjaka juga memiliki pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Selama menjalani pendidikan. Teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna. Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.
Mereka ditempah di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.“Latihan mereka cukup berat. Kaki dan tangan diikat pun bisa hidup. Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri.
Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan perorangan. Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih.Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Mereka benar-benar harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.
Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas. Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.
Untuk mendukung operasi personel Denjaka dibekali antara lain submachine gun MP5, Daewoo K7, senapan serbu G36, HK416, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta dan SIG Sauer 9 mm.
Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran, para Denjaka harus bisa muncul di titik yang tepat. Itu baru tahap latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.
Angkatan Laut Amerika Serikat, US NAVY SEAL kerap mengundang Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) untuk ikut latihan tempur bersama. Setiap prajurit Denjaka dipastikan memiliki kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska. Selain itu punya kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara.
Mereka punya high skills seperti combat skills yang lain (teknik membunuh cepat dengan tangan kosong etc). Satuan Kopassus untuk mengambil breavert US Navy Seal saja harus sekolah dulu di Kopaska, katanya breavert US Navy Seal diluar Amerika yang diakui hanya dari Kopaska TNI AL (unit Denjaka).
Konon katanya, Denjaka terbagi menjadi dua bagian yaitu : Denjaka Putih dan Denjaka Hitam.Denjaka putih memiliki kemampuan diatas dan kalo denjaka hitam itu lebih lagi ! Denjaka Hitam ini biasanya menjadi komandan dari misi tertentu.
Denjaka hitam itu pasukan yang bahkan keberadaanya masih dirahasiakan oleh negara dan simpang siur kebenarannya! Hal itu mungkin untuk menutupi identitas mereka demi kelancaran dan profesional tugas..!! konon Denjaka hitam punya ilmu yang enggak masuk akal, Seperti punya six sense! Tahan nafas lama di dalam air! Melempar benda tajam seperti pisau, pecahan kaca, silet, potongan besi dll tepat sasaran ! Ilmu kanuragan! Tenaga dalam! Ilmu kebal peluru! Ramal cuaca! Dsb.
Sumber : Wikipedia dll.
Kemampuan Denjaka TNI AL Lebih Unggul di Arena Latihan Internasional
“Justru aneh jika kita tidak menjadi yang terbaik dalam pelatihan ini.
Karena setiap pelatihan seperti ini kita selalu menjadi yang terbaik,”
ujar Serka (Mar) Riyanto Pane, salah seorang penerima penghargaan
tersebut.
Selain Pane, penerima lainnya ialah Kopda (Mar) Subiyanto. Keduanya
membuktikan bahwa kemampuan Denjaka memang berada di atas kemampuan
tentara angkatan laut negara lain peserta Rimpac 2014.
“Keunggulan tentara kita itu tidak pernah mengenal kata menyerah.
Mungkin karena kita memiliki pepatah lama bahwa tidak ada rotan, akar
pun jadi. Ini bisa negatif, juga bisa positif maknanya. Dan kita tidak
pernah ketergantungan oleh satu alat. Contoh, ketika latihan menembak di
sana, walaupun dengan menggunakan alat seadanya, ya kita jauh lebih
unggul dibandingkan mereka yang sudah pakai alat canggih sekalipun,
tetap mereka masih lewat dengan kami,” ujar Pane saat ditemui JMOL di
Bumi Marinir Cilandak beberapa waktu lalu.
Menurutnya, TNI sudah terbiasa dengan hal-hal yang serba kekurangan. Hikmahnya, secara kemampuan, jauh lebih unggul.
Sementara itu, Kopda (Mar) Subiyanto menambahkan, “Memang kalau secara
peralatan, kita jauh tertinggal, tetapi kemampuan kita bisa sejajar,
bahkan lebih dari mereka.”
Kedua pria yang sebelumnya berasal dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib)
ini mengakui dengan rendah hati bahwa porsi latihan di sana tidak ada
yang lebih dari porsi latihan di sini.
“Dari sekian banyak porsi latihan yang diberikan oleh instruktur pada
dasarnya sama saja, hanya namanya saja yang beda (menggunakan bahasa
Inggris—red). Di sini pun kami juga sudah mendapat latihan seperti itu,
bahkan sudah lebih jauh,” ujar Subiyanto.
Tetapi, mereka berdua mengakui bahwa pelatihan ini sangatlah berkesan
dan istimewa, terutama dalam hal persahabatan antarbangsa dan
antarnegara.
“Jadi, pada intinya, tidak ada yang baru dalam porsi latihan dan
kemampuan, akan tetapi manfaat yang sangat berharga dalam latihan Rimpac
ini adalah bagaimana kita menjalin hubungan dengan negara-negara lain.
Jadi, maksud dari atasan-atasan kami mengirim kami ke sana agar mampu
menyamakan persepsi dan mempererat hubungan antarnegara tadi. Dan saya
katakan bahwa pelatihan ini sangat istimewa, karena kami bisa bersahabat
dengan tentara dari negara lain,” tutur Pane.
Tetap Beribadah Puasa
Yang menarik dalam pelatihan Rimpac 2014 lalu dilaksanakan dalam nuansa
bulan puasa bagi yang beragama Islam. Sehingga bagi yang menjalankan
ibadah puasa akan menjadi kendala selama pelatihan.
Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi anggota Denjaka. Mereka tetap dengan
semangat mengikuti porsi latihan dan menjadi panutan bagi tentara negara
lain.
“Ini yang mereka heran, terutama US Marine. Mereka kalau latihan pasti
bawa minum satu orang botol besar. Mereka sangat kaget melihat kita yang
berpuasa tetapi tetap menjalankan porsi latihan yang sama,” ungkap Pane
dengan penuh semangat.
Karena kemampuan dan ketangguhannya, Marinir Indonesia kerap mendapat
pujian dan rasa kagum dari tentara negara lain. Ini pun diakui saat
berakhirnya pelatihan, tenda Marinir Indonesia banyak dikunjungi
kontingen negara lain.
“Yang pasti mereka sangat kagum dengan kita. Terlihat saat berakhirnya
pelatihan, tenda Indonesia paling banyak dikunjungi oleh kontingen dari
negara lain,” kenang Pane.
Pelatihan Rimpac 2014 diikuti 23 negara, dan untuk Marinir, dipusatkan di Kaniohe Bay (Marine Corps Base Hawaii).
Sumbber : Jurnal Maritim
Komentar
Posting Komentar