Mengenal Kehebatan Pasukan KOPASKA
Mengintip latihan 'hellweek' Kopaska TNI AL yang bikin merinding
Personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL saat ini sedang berjibaku mengevakuasi mayat korban AirAsia QZ8501. Mereka juga ditugasi menyelam ke dasar laut untuk mencari bangkai pesawat nahas itu di Perairan Pangkalanbun, Kalimantan Tengah.
Tugas yang tidak mudah karena saat ini ombak ganas menerjang dengan ketinggian hingga empat meter. Ditambah cuaca yang tidak menentu, membuat operasi ini jelas tak bisa dilakukan sembarang orang.
Kopaska adalah satuan elite di tubuh Angkatan Laut. Sudah sejak era Trikora tahun 1963 mereka kerap diterjunkan dalam misi setengah mustahil. Tapi itulah pasukan khusus.
Personelnya dipilih dari orang-orang terbaik. Selain berotot kawat dan bertulang besi, mereka juga wajib datang dari Korps Pelaut. Syarat wajib lain harus sudah pernah bertugas di kapal TNI AL selama dua tahun atau lebih.
Kenapa harus pelaut?
Pertama, anggota Pasukan Katak (Paska) harus mengetahui konsep perang laut secara menyeluruh. Misal hendak melakukan misi sabotase atau pembebasan sandera, mereka sudah harus tahu bagian-bagian kapal. Bila bukan pelaut, mereka akan kesulitan mengenal bagian-bagian dalam kapal.
Kedua, jika sudah berpengalaman dalam KRI, insting mereka akan langsung bermain di mana kamar mesin, ruang amunisi, tanki bahan bakar dan sebagainya. Hal ini jelas akan berpengaruh dalam kesuksesan misi.
Latihan pertama yang harus dijalani oleh calon personel Paska adalah hellweek. Latihan yang benar-benar menguras emosi, tenaga dan keringat sampai ke tetes terakhir.
Intip bagaimana para pasukan katak ini digembleng habis:
"Sesuai namanya, seperti neraka! Cukup sekali seumur hidup," singkat seorang mantan anggota Paska saat ditemui di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska, dikupas soal hellweek ini.
Setiap calon Paska tak pernah diberi tahu kapan rangkaian hellweek akan dimulai. Bisa saja tiba-tiba saat mereka belajar di kelas, atau saat tidur terlelap.
Hari pertama minggu neraka ini dibuka dengan ritual melahap nasi komando bersama-sama. Nasi komando adalah hasil blenderan nasi, lauk pauk, telur mentah, minyak ikan dan terasi. Makanan ditaruh dalam satu tempat dan dimakan secara bergiliran. Jika salah satu muntah di tempat itu, maka yang berikutnya tetap harus memakan nasi komando itu sampai tandas.
Sebagai pelepas dahaga, minuman yang diberikan adalah jamu brotowali. Jamu ini memang menyehatkan, tapi mungkin merupakan minuman paling pahit di dunia.
Setiap hari porsi tekanan terus ditambah hingga benar-benar memaksa seseorang untuk bertahan di titik maksimal.
Uniknya selama pendidikan, nama mereka diganti dengan nama hewan laut. Maka nama-nama tongkol, udang, paus, kakap wajib digunakan. Nah, kadang hingga pendidikan selesai, nama ini masih melekat di antara sesama mereka.
Jika tak kuat pendidikan, silakan berhenti. Tak ada paksaan sama sekali untuk mengikuti latihan Paska ini.
Siswa yang gugur atau mengundurkan diri diminta meletakkan topi bajanya di pinggir lapangan. Dari situ kelihatan berapa orang yang telah mengundurkan diri dalam satu angkatan.
Bagaimana dengan yang lulus hellweek? Apakah sudah berakhir semua deraan dan siksaan?
Belum bro! Masih panjang sekali perjalanan sang calon pasukan katak ini.
Begitu lulus mereka wajib mengikuti sekolah penembak. Calon Paska dikenalkan berbagai macam senjata, mulai dari pistol, senapan serbu, hingga senapan sniper. Mereka juga diajari berbagai macam teknik tembak reaksi, antiteror dan akurasi.
Selanjutnya siswa menempuh latihan komando gunung hutan dan longmarch di Karang Tekok. Disambung lintas medan ke Ijen, Situbondo, Bromo hingga Surabaya.
Lolos komando, giliran latihan terjun harus dijalani. Mulai terjun statis, HALO, HAHO wajib diikuti para siswa Paska. Setelah itu mereka digembleng aneka praktik demolisi dan pertempuran bawah laut khusus. Latihan dilanjutkan dengan praktik intelijen di Banyuwangi dan Malang.
Total rangkaian seluruh pendidikan ini makan waktu 10 hingga 12 bulan. Setelah lulus barulah mereka berhak mengenakan brevet Pasukan Katak dan baret merah.
Tan Hana Wighna Tan Sirna, tak ada rintangan yang tak bisa diatasi!
Ini kesaksian para perwira pernah ikut latihan 'gila' Kopaska
Belakangan Pasukan Komando Katak (Kopaska) sedang disorot publik. Pasukan elit TNI Angkatan Laut (AL) ini dilibatkan dalam pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata, Perairan Pangkalanbun, Kalimantan Tengah, Minggu (28/12) lalu. Hingga kini badan pesawat dan seluruh jenazah belum dapat ditemukan.
Dikerahkannya Kopaska dalam pencarian AirAsia ini bukan tanpa alasan. Kopaska dipilih terjun langsung dalam evakuasi lantaran dianggap sudah terlatih beroperasi di dalam laut.
Kondisi lokasi pencarian QZ8501 itu memang beberapa hari ke belakang tak bersahabat. Cuaca buruk tentu tak bisa ditembus oleh Basarnas atau pasukan TNI AL biasa.
Untuk menjadi Kopaska tentu tidaklah mudah. Untuk menjadi personel pasukan katak yang tangguh, proses pendidikannya ternyata dilaksanakan tak kenal ampun. Segala macam atribut maupun tanda kepangkatan yang sebelumnya sudah dipakai harus dicopot. Bahkan nama asli dibuang dan harus pakai nama sandi.
"Dalam pendidikan, setiap siswa benar-benar dibuat nol. Dengan demikian diharapkan mereka akan mampu bertugas dan melaksanakan misi secara profesional tanpa pandang bulu," kata Komando Satkopaska Armada Barat, Kolonel Laut (P) Ribut Eko Suyatno.
Seperti dikutip dari buku 50 Tahun Emas Satuan Komando Pasukan Katak, nyawa juga menjadi taruhan untuk menjadi Kopaska. Hal tersebut diceritakan oleh Gubernur TNI AL Laksamana Muda Herry Setianegara. Dirinya mengaku pernah mengikuti latihan sadis dan mematikan Kopaska, yakni Hellweek. Setiap calon Paska tak pernah diberi tahu kapan rangkaian Hellweek akan dimulai. Bisa saja tiba-tiba saat mereka belajar di kelas, atau saat tidur terlelap.
"Saya tak bakal lupa itu. Apalagi pada tahap akhir prosesi saya hampir saja kehilangan nyawa," kenang Herry.
Herry bercerita, pada tahap akhir latihan Hellweek, para personel baru disimulasikan melakukan misi penyerangan ke sebuah target di kawasan Jakarta Utara. Misi itu dilakukan dengan cara berenang dan menyelam menuju sasaran.
Di tengah-tengah rute, instruktur akan memasang perahu karet dengan kondisi terbalik sebagai tempat beristirahat para pasukan. Namun kapasitas perahu yang terbatas
"Saya kebetulan datang paling akhir di perahu, sehingga otomatis sudah tak kebagian tempat. Padahal waktu itu sudah cukup kelelahan. Tubuh saya sempat meluncur ke dasar laut namun beruntung akhirnya ditarik oleh instruktur yang bersiaga," sambung Herry.
Dalam proses latihan Hellweek itu, hal yang paling berkesan bagi Herry adalah sempat merasakan nikmatnya makan Nasi Komando. Nasi komando adalah hasil blenderan nasi, lauk pauk, telur mentah, minyak ikan dan terasi. Makanan ditaruh dalam satu tempat dan dimakan secara bergiliran. Jika salah satu muntah di tempat itu, maka yang berikutnya tetap harus memakan nasi komando itu sampai tandas.
Sebagai pelepas dahaga, minuman yang diberikan adalah jamu brotowali. Jamu ini memang menyehatkan, tapi mungkin merupakan minuman paling pahit di dunia.
Setiap hari porsi tekanan terus ditambah hingga benar-benar memaksa seseorang untuk bertahan di titik maksimal.
Mengintip Kehebatan Tim Kopaska di ‘Misi AirAsia’
PENCARIAN korban dan pesawat AirAsia QZ8510 yang jatuh di perairan Pangkalanbun, Kalimantan Tengah dilakukan secara besar-besaran. Semua kekuatan dikerahkan dari Basarnas, TNI AU, dan TNI AL.
Dalam upaya pencarian dan evakuasi tak ketinggalan Komando Pasukan Katak atau lebih dikenal dengan sebutan Kopaska. Pasukan elite TNI AL itu dimaksimalkan dalam pencarian dan evakuasi AirAsia.
Kemampuan Kopaska tentu diharapkan mampu mempercepat pencarian dan evakuasi. Mereka yang sudah terlatih tentu memiliki kehebatan di atas rata-rata. Terutama untuk aksi-aksi bawah laut.
Aksi yang dilakukan tim Kopaska dimulai menyelam untuk mencari jenazah korban. Kopaska melakukan penyelaman dari KRI Bung Tomo untuk mengevakuasi jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak Minggu, 28 Desember 2014. Kapten Kopaska TNI AL, Edi Tirtayasa mengatakan, pihaknya menyiapkan 6 tim Kopaska untuk membantu proses evakuasi.
Menurut Edi, hanya kapal perang berjenis KRI Bung Tomo yang bisa mendeteksi bawah laut lantaran dilengkapi Sonar. “Setelah penyapu ranjau sudah tahu posisi AirAsia kita menyelam. Yang bisa mendeteksi itu kapal perang kayak KRI Bung Tomo,” ujarnya.
Kehebatan lain yang dipraktikkan tim Kopaska adalah melakukan penyelaman ke dasar laut yang berlumpur. “Lokasi jelek karena berlumpur dan menyelamnya pasti seperti Superman karena akan terus terseret ombak,” kata Kapten Edi sebagaimana dilansir merdeka.com. Dia menambahkan, untuk mengangkat jenazah harus dipeluk lantaran jenazah sudah lama berada di laut.
Tim Kopaska juga diminta untuk membantu proses identifikasi bayangan pesawat yang sebelumnya ditemukan dalam upaya pencarian AirAsia QZ8501.
“Penyelam akan kita manfaatkan untuk menemukan bodi pesawat. Jika memungkinkan sekaligus untuk menemukan tubuh korban yang terjebak di dalam bodi pesawat,” kata Kepala Basarnas, Soelistyo dalam jumpa pers di Kantor Basarnas.
Banyak tantangan berat yang dihadapi Kopaska untuk menyelam ke dasar laut. Pertama, secara kontur, dasar laut di wilayah Kalimantan ini berlumpur karena banyak muara sungai. Akibat kondisi dasar laut yang berlumpur, visibility atau jarak pandang di dalam air sangat buruk. Kondisi cuaca di pengujung Desember 2014 (musim hujan) membuat laut semakin keruh. Arus di bawah permukaan dan gelombang di atasnya sangat kuat.
Pasukan Kopaska tetap salat berjamaah di tengah latihan berat
Pasukan gabungan masih berupaya mengevakuasi sisa korban AirAsia QZ8501 di dasar laut. Mereka juga ditugaskan menyusup ke badan pesawat yang sebagian ditutupi lumpur. Bukan hal mudah melakukan pencarian di tengah ombak tinggi dan cuaca buruk.
US Navy saja geleng-geleng melihat aksi para penyelam TNI AL. Mereka sampai bilang aksi ini gila.
Tentu bukan tanpa perhitungan para penyelam dan anggota Komando Pasukan Katak ini diterjunkan. Mereka dilatih untuk tugas-tugas yang sangat berat.
Menjadi anggota Kopaska bukan buat sembarang orang. Digilas 10 hingga 12 bulan dalam latihan sangat berat. Melalui gunung, hutan, rawa dan laut. Diawali dengan hell week alias minggu neraka, lalu dilanjut dengan aneka pendidikan tempur lainnya yang menguras fisik dan mental.
Mulai dari sekolah menembak menggunakan pistol, senapan serbu, hingga senapan sniper. Mereka juga diajari berbagai macam teknik tembak reaksi, antiteror dan akurasi.
Selanjutnya siswa menempuh latihan komando gunung hutan dan longmarch di Karang Tekok. Disambung lintas medan ke Ijen, Situbondo, Bromo hingga Surabaya.
Lolos komando, giliran latihan terjun harus dijalani. Mulai terjun statis, HALO, HAHO wajib diikuti para siswa Paska. Setelah itu mereka digembleng aneka praktik demolisi dan pertempuran bawah laut khusus. Latihan dilanjutkan dengan praktik intelijen di Banyuwangi dan Malang.
Namun ada hal lain yang membuat salut. Dalam sebuah foto rangkaian latihan Kopaska, terselip sebuah foto yang menggambarkan para siswa pasukan katak ini tengah salat berjamaah. Ada belasan prajurit yang melaksanakan salat dengan khusyuk.
Mereka melepaskan helm baja, kemeja, sabuk dan seluruh perlengkapan tempur. Termasuk senapan AK-47 yang selama pendidikan digenggam bagai pengganti istri. Semuanya disusun rapi dan diletakan di sebelah saf tempat salat.
Pembentukan moral merupakan sebuah hal penting bagi anggota pasukan khusus. Dalam 12 ciri personel pasukan khusus hal pertama yang diwajibkan adalah bermoral, intelijen, motivasi tinggi, dan dapat dipercaya.
Anggota pasukan elite juga harus bertanggung jawab, berjiwa besar, konsisten dan dapat mengambil keputusan yang menentukan. Mereka juga wajib memiliki kerja sama tim yang tinggi dan kekuatan fisik yang tangguh.
Komentar
Posting Komentar