
Selain prasasti, ditemukan pula reruntuhan bebatuan
candi yang berserakan disekitarnya. Belum diketahui berapa luas
candi tersebut, karena bentuknya sudah tidak utuh lagi. Batu-batu yang berserakan itu diperkirakan hanya bagian atas
candi, sedangkan sebagian besar bangunan
candi
terpendam dalam tanah. Pernah ada upaya dari pihak terkait, yaitu Suaka
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, untuk melakukan
penggalian. Tapi upaya ini dihentikan karena tanah diatas bangunan
candi
yang terpendam digunakan untuk pemakaman umum. Bahkan ada makam seorang
tokoh agama, Kiai Rofi’I, yang dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Ahli purbakala dari Australia, Prof Dr JG Casparis, menduga
candi Gondosuli dibangun pada abad ke-9. Casparis juga memperkirakan kalau bentuk bangunan
candi ini tidak berbeda jauh dari bangunan-bangunan
candi yang dibangun pada abad tersebut dan berada disekitarnya.
Candi–
candi yang dimaksud Casparis antara lain puluhan
candi di Dieng,
candi Gedongsongo, dan
candi Pringapus di Temanggung.
Candi
Gondosuli, yang berasitektur Hindu, diperkirakan juga dibangun Rakai
Patapan. Ia merupakan salah seorang anak dari sanjaya, raja pertama
Mataram Hindu. Rakai Patakan sendiri merupakan raja ke-5.
PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN GONDOSULI

Lokasi
situs Prasasti Gondosuli relatif mudah dijangkau, karena ada fasilitas
jalan selebar 6 meter dan beraspal. Selain itu, banyak angkutan umum
yang melewati kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Misalnya angkutan
umum dengan rute Magelang-Secang-Temanggung-Wonosobo dan sebaliknya,
atau Semarang-Secang-Temanggung-Wonosobo dan sebaliknya. Begitu memasuki
desa Gondosuli, suasana pedesaan sangat terasa menyambut pengunjung.
Apalagi pada sisi kanan dan kiri jalan terhampar tegalan-tegalan luas,
yang ditanami berbagai macam tanaman perkebunan. Mulai dari Tembakau,
Cengkeh, dan sebagainya. Tak jauh dari pintu gerbang objek wisata Situs
Prasasti Gondosuli, terlihat pegunungan, rumah-rumah, perkampungan, dan
area persawahan yang hijau membentang luas dan berlapis-lapis, sehingga
terlihat Artistik. Secara keseluruhan, panorama alam khas pedesaan ini
sangat indah, dibalik udara sejuk yang menyegarkan. Jika berangkat dari
Secang, maka sekitar 12 km selepas dari kota temanggung, Anda akan
menjumpai jalan simpang di kota kecamatan Bulu (RS Ngesti Waluyo). Dari
sini, perjalanan diteruskan sekitar 3 km menuju lokasi Situs yang berada
ditengah-tengah perkampungan dan tegalan. Prospek pengembangan Wisata
di Desa Gondosuli cukup cerah. Selain bisa dijadikan Wisata Pendidikan
dan Wisata Sejarah, kawasan ini juga bisa disinergikan dengan
genre-genre Wisata baru. Misalnya Wisata Belanja. Apalagi sebagian warga
Desa Gondosuli menjadi perajin tas mendong dan akar wangi.

Kerajinan
ini bisa ditularkan kepada warga Desa lainnya, kemudian dibuat
klaster-klaster. Tanaman mendong dan akar wangi di tenun dan dijadikan
tas wanita, keset, tempat kosmetik, tempat pakaian kotor, dan berbagai
peralatan rumah tangga lainnya yang menarik dan artistik
Komentar
Posting Komentar